Orang-orang yang mencari agama selain agama Islam adalah orang-orang yang merugi

By Dana Anwari. Orang beruntung adalah orang yang beriman kepada utusan Allah, Nabi Muhammad saw yang menyempurnakan semua ajaran agama tauhid (tiada Tuhan selain Allah) yang diajarkan Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as, Nabi Isa as dan nabi Allah lainnya.

Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman (kepada Allah).
Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan.
(Al Quran, Al Anam:20-21)

Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS Ali Imran:85)

Those to whom We have given the Scripture (Jews and Christians) recognize him (i.e. Muhammad as a Messenger of Allâh, and they also know that there is no Ilâh (God) but Allâh and Islâm is Allâh’s Religion), as they recognize their own sons. Those who have lost (destroyed) themselves will not believe.
And who does more aggression and wrong than he who invents a lie against Allâh or rejects His Ayât (proofs, evidence, verses, lessons or revelations)? Verily, the Zâlimûn (polytheists and wrong-doers) shall never be successful.

If anyone desires a religion other than Islam (submission to Allah), never will it be accepted of him; and in the Hereafter he will be in the ranks of those who have lost (all spiritual good).
suksesteladan.blogspot.com
*
Read more…

Apakah kaya ilmu itu?

By Dana Anwari. Ilmu agama membuat kecerdasan hati kita mengenal Allah, sehingga kita mengenal siapa diri kita: untuk apa kita diciptakan, apa tujuan hidup ini dan akan berakhir dimana?
Ilmu rasional membuat kecerdasan akal kita memahami cara untuk menikmati kehidupan.
Kita disebut kaya ilmu bila anugerah kecerdasan hati dan kecerdasan akal didayagunakan melaksanakan fitrah kita sebagai khalifah di bumi membangun peradaban manusia.
"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik," begitu firman Allah dalam Al Quran surat Al Hasyr:19.

Demi Al Qur’an yang penuh hikmah. (QS Yasin:2) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS Al Alaq:1-5)

"Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah)," begitu firman Allah tentang diutus-Nya seorang Muhammad saw kepada semua umat manusia, tertera di Al Quran surah Al Jumu’ah:2.

Apakah peran Nabi Muhammad saw dalam memberikan pengajaran ilmu kepada semua umat manusia?
Simaklah hadis riwayat Abu Musa ra.: Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Perumpamaan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung dalam mengutusku untuk menyampaikan petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan yang membasahi bumi. Sebagian tanah bumi tersebut ada yang subur sehingga dapat menyerap air serta menumbuhkan rerumputan dan sebagian lagi berupa tanah-tanah tandus yang tidak dapat menyerap air lalu Allah memberikan manfaatnya kepada manusia sehingga mereka dapat meminum darinya, memberi minum dan menggembalakan ternaknya di tempat itu. Yang lain menimpa tanah datar yang gundul yang tidak dapat menyerap air dan menumbuhkan rumput. Itulah perumpamaan orang yang mendalami ilmu agama Allah dan memanfaatkannya sesuai ajaran yang Allah utus kepadaku di mana dia tahu dan mau mengajarkannya. Dan juga perumpamaan orang yang keras kepala yang tidak mau menerima petunjuk Allah yang karenanya aku diutus. (1312 - Bukhari & Muslim)

And be not like those who forgot Allâh (i.e. became disobedient to Allâh), and He caused them to forget their ownselves, (let them to forget to do righteous deeds). Those are the Fâsiqûn (rebellious, disobedient to Allâh). (QS 59:19)

By the Qur’ân, full of wisdom (i.e. full of laws, evidences, and proofs). (QS 36:2) Read! In the Name of your Lord Who has created (all that exists). He has created man from a clot (a piece of thick coagulated blood). Read! And your Lord is the Most Generous. Who has taught (the writing) by the pen. He has taught man that which he knew not. (QS 96:1-5)

He it is who sent among the unlettered ones a Messenger (Muhammad Sal-Allaahu ‘alayhe Wa Sallam) from among themselves, reciting to them his verses, purifying them (from the filth of disbelief and polytheism), and teaching them the Book (this Qur’ân, Islâmic laws and Islâmic jurisprudence) and Al-Hikmah (As-Sunnah: legal ways, orders, acts of worship, etc. of Prophet Muhammad Sal-Allaahu ‘alayhe Wa Sallam). (QS 62:2)

Abu Musa, may Allah be pleased with him, reported: Allah's Messenger (may peace be upon him) said: The similitude of that guidance and knowledge with which Allah, the Exalted and Glorious, has sent me is that of rain falling upon the earth. There is a good piece of land which receives the rainfall readily and as a result of it there is grown in it herbage and grass abundantly. Then there is a land hard and barren which retains water and the people derive benefit from it and they drink and make the animals drink. Then there is another land which is barren, neither water is retained, nor is the grass grown. And that is the similitude of the first one who develops the understanding of the religion of Allah and benefits from the knowledge with which Allah sent me. He acquires the knowledge of religion and imparts it to others. (Then the other type is) one who does not pay attention to (the revealed knowledge) and thus does not accept guidance of Allah with which I have been sent. (1312 - Bukhari & Muslim)
suksesteladan.blogspot.com
*
Read more…

Rasulullah saw: Apabila aku perintahkan sesuatu, lakukanlah sesuai kemampuanmu


By Dana Anwari. Bolehkah berhaji setiap tahun bila kita mampu? Pertanyaan itu pernah ditanyakan kepada Rasulullah saw, dan beliau menjawab, "“Jika aku katakan ‘ya’, niscaya akan wajib setiap tahun dan kamu sekalian tidak akan mampu melaksanakannya.”

Ibadah haji adalah wisata ibadah melakukan napak tilas perjuangan Nabi Ibrahim, bapak para nabi, dan keluarganya, termasuk Nabi Muhammad saw. Serta, mendekatkan diri dengan Baitullah, tempat ibadah yang pertama di bangun di bumi, lalu shalat dan memanjatkan doa sepuas-puasnya hingga dada semakin penuh dengan kebahagiaan iman.
Perintah berhaji datang langsung dari Allah. Simaklah firman-Nya, Al Quran 3:97, "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam."

Rasulullah saw. telah bersabda: “Barang siapa datang (haji) ke Baitullah ini lalu tidak berbicara kotor dan tidak berbuat maksiat, maka ia akan kembali seperti ketika dilahirkan oleh ibunya.” Begitu Abu Hurairah meriwayatkan dalam kitab hadis Bukhari dan Muslim (765).

Bila mampu, bolehkah berhaji setiap tahun? Bacalah hadis riwayat Abu Hurairah, dalam kitab hadis Bukhari dan Muslim (753): Abu Hurairah berkata: Rasulullah pernah berpidato di hadapan kami, beliau berkata: “Wahai manusia! Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ibadah haji atas kamu sekalian, maka berhajilah!”
Seorang lelaki bertanya: “Apakah setiap tahun, wahai Rasulullah?”
Beliau diam tidak menjawab. Sehingga lelaki itu mengulangi pertanyaannya sampai tiga kali.
Rasulullah saw. kemudian menjawab: “Jika aku katakan ‘ya’, niscaya akan wajib setiap tahun dan kamu sekalian tidak akan mampu melaksanakannya.”
Beliau melanjutkan: “Biarkanlah apa yang telah aku katakan kepada kamu sekalian! Sesungguhnya umat-umat sebelum kamu telah binasa karena mereka banyak bertanya dan berselisih dengan nabi-nabinya. Maka apabila aku memerintahkan sesuatu kepada kamu sekalian, laksanakanlah sesuai dengan kemampuanmu dan jika aku melarang sesuatu kepada kamu sekalian, janganlah kamu kerjakan!”


Sungguh patut diteladani keputusan Nabiku, Nabi Muhammad saw. Beliau tidak mau memberatkan umatnya dalam beribadah kepada Tuhannya. Nabiku sungguh mengenali umatnya hingga akhir jaman. Bukankah tidak semua orang mampu berhaji setiap tahunnya? Bukankah fasilitas Masjidilharam belum mampu menerima semua umat Islam sedunia beribadah haji di sana, sehingga harus bergantian?
suksesteladan.blogspot.com
*
Read more…

Keteladanan perjuangan hidup, ketaqwaan, dan kemuliaan manusia tidak dilihat dari fisik keturunannya, suku bangsanya, warna kulit atau rambutnya


By Dana Anwari. Jiwa ke-Islam-an seseorang tidak ditentukan oleh karena dia keturunan Arab atau bukan? Nabi Muhammad saw telah mengajarkan jiwa Islam kepada seluruh umat manusia tanpa membedakan suku, bangsa, warna kulit dan rambut, bahkan keyakinan dan agamanya kepada Tuhannya. Seseorang menjadi mulia bukan karena fisiknya, tetapi karena jiwa ke-Islam-annya, sebagaimana dicontohkan oleh Sang Teladan, Nabi Muhammad saw.

Itulah sebabnya Nabi Muhammad saw adalah satu sosok manusia yang tidak perlu kita gambarkan fisiknya sebagai bukti bahwa keteladanan perjuangan hidup, ketaqwaan, dan kemuliaan manusia tidak dilihat dari keturunannya, suku bangsanya, warna kulitnya ataupun jenis rambutnya.
Suku bangsa Cina, Melanisia, Yahudi, Polinesia, Moor atau apa pun sama-sama memiliki hak untuk sukses dan menjadi beruntung dengan ke-Islam-annya yang sama dengan bangsa Arab yang mendapatkan keistimewaan menjadi tempat turunnya wahyu keislaman melalui Rasulullah saw.
Seorang keturunan suku bangsa Arab pun punya peluang untuk gagal menikmati iman Islamnya sama seperti peluang kegagalan keturunan suku bangsa lainya di dunia ini dalam merasakan nikmat kebesaran jiwa Islami.

Lihatlah orang-orang yang bersyukur atas karunia Allah atas kehidupan mereka. Bukankah mereka telah mempraktekkan jiwa Islami? Mungkin orang-orang itu belum seperti Nabi Muhammad saw yang bersyukur dengan cara melakukan ibadah shalat kepada Tuhannya. Tapi mereka telah menikmati iman Islam, meskipun belum lagi sempurna, yang mengajarkan kemurnian tauhid.

Nabi saw. mengerjakan shalat sehingga kedua telapak kaki beliau membengkak, lalu beliau ditanya: Apakah engkau masih membebankan dirimu dengan beribadah seperti itu padahal Allah telah mengampuni dosamu yang terdahulu dan yang akan datang? Kemudian beliau menjawab: Apakah aku tidak ingin menjadi seorang hamba yang bersyukur. (1610 - Hadis Bukhari & Muslim, riwayat Mughirah bin Syu`bah ra.)


Lihatlah orang-orang yang bersyukur atas karunia rezeki Allah atas kehidupan mereka, lalu mereka menyedekahkan sebagian harta bendanya kepada sesamanya. Bukankah mereka sesungguhnya telah melaksanakan perintah "tiada Tuhan selain Allah" baik dengan sengaja ataupun terpaksa.
Mereka yang menyedekahkan harta bendanya dengan sengaja semata-mata karena hendak meraih rida Allah adalah mereka yang sudah menikmati kebesaran jiwa Islam yang diajarkan Nabi Muhammad saw.
Mereka yang menyedekahkan harta bendanya dengan maksud mendapatkan pujian manusia --bukan karena rida Allah-- pun menikmati kebahagiaannya bersedekah.

Salah satu yang membuat hidup kita terasa bahagia adalah mendistribusikan rezeki kita dari Allah menjadi rezeki pula bagi orang-orang lain. Simaklah hadis riwayat Abu Hurairah ra, "Nabi saw. bersabda: Ingatlah, bahwa seseorang yang memberikan unta perah kepada anggota keluarganya, yang dapat menghasilkan sepanci besar susu setiap keluar di pagi dan sore, maka pahalanya sungguh sangat besar."

Bila ada orang-orang yang tidak suka dengan kemuliaan agama Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw, mengapa harus mengganggu?

Bila orang-orang yang masih menolak beragama Islam iri kepada kesempurnaan agama Islam, mengapa harus merusak kompetisi untuk saling berbuat kebajikan demi meraih rida Allah Yang Maha Kebajikan?

Bila orang-orang yang merasa kepercayaan dan keyakinannya kepada "tiada Tuhan selain Allah" yang berbeda dengan Islam adalah paling benar, mengapa tidak mempelajari agama Islam secara langsung agar lebih mengetahui kesempurnaan agama yang diajarkan Nabi Muhammad saw?

Janganlah mempelajari Islam dengan kebencian, karena akan membuat anda tidak obyektif.
Bukalah hati anda ketika mempelajari Islam, agar Allah swt berkenan memberikan hidayah Islam ke dalam jiwa anda. Amin.

Mereka yang kerap berdiskusi di lapotuak, kafe, kantin, dan warung kopi, janganlah malu mengakui kesempurnaan Islam, sehingga membuat keimanan anda dipertanyakan lagi: Anda beriman kepada Allah atau beriman kepada hawa nafsu setan?
Janganlah kemalasan beragama dijadikan alasan membenci agama Allah. Kemalasan beragama itu telah membuat anda tidak mau belajar agama dan syariat agama.

Nabi Muhammad saw adalah teladan yang sempurna di mata pemeluk agama Islam, karena justru di dalam diri beliau terdapat kelemahan dan kekurangannya sebagai seorang manusia. Tetapi kelemahan dan kekurangan Nabi Muhammad saw menjadikan beliau tampak sebagai manusia sempurna, karena beliau mengatasi kelemahan dan kekurangannya dengan memohon ampunan serta petunjuk dari Tuhannya.

Nabi saw. selalu berdoa dengan membaca: "Ya Allah, ampunilah kesalahan dan kebodohanku, dan juga sikap berlebihanku dalam segala urusanku dan segala yang Engkau lebih mengetahui daripadaku. Ya Allah! Ampunilah kesungguhanku dan kelakarku, dan ketidaksengajaanku dan kesengajaanku serta semua yang ada di sisiku. Ya Allah, ampunilah dosa yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan, yang aku lakukan secara sembunyi maupun yang aku lakukan secara terang-terangan serta segala yang Engkau lebih mengetahui daripadaku. Engkaulah Yang Maha Mendahului dan Yang Maha Mengakhiri dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (Hadis riwayat Abu Musa Al-Asy`ari ra.)

Mampukah kita mengatasi kelemahan dan kekurangan kita sebagai manusia dengan memohon ampunan dan petunjuk dari Allah swt, sebagaimana Nabi Muhammad saw mengajarkannya?
suksesteladan.blogspot.com
*
Read more…

Nabi Muhammad saw tidak sesat dan tidak pula keliru


By Dana Anwari. Kalimat Allah yang disampaikan Nabi Muhammad saw kepada seluruh manusia di bumi tidaklah sesat atau menyesatkan. Wahyu Allah yang disampaikan Nabi Muhammad saw kepada semua umat manusia bukanlah suatu hal yang keliru atau dikelirukan. Nabi Muhammad saw adalah orang yang jujur tepercaya menyampaikan amanah Allah bagi hamba-hamba-Nya.

Al Qur’an adalah wahyu Allah yang disampaikan melalui Nabi Muhammad saw yang mengajarkan kemurnian tauhid demi kesuksesan dan keberuntungan bagi seluruh umat manusia di bumi ini. Kalimat Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw bagi hamba-hamba Allah kemudian dikumpulkan menjadi kitab, dan hidup di dalam jiwa orang-orang Islam yang menghafalnya apalagi memahami maknanya.

Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. (QS An Najm:1-11)

Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. (QS Asy Syuura:51)

Turunnya Al Qur’an yang tidak ada keraguan padanya, (adalah) dari Tuhan semesta alam. Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan: “Dia Muhammad mengada-adakannya”. Sebenarnya Al Qur’an itu adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk. (QS As Sajadah:2-3)

Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. (QS Az Zumar:2)

Siapa yang tidak percaya kebenaran Allah dalam Al Quran?
suksesteladan.blogspot.com
*
Read more…

Perjuangan kepemimpinan Islam adalah demi keagungan agama Allah

By Dana Anwari. Perjuangan kepemimpinan Islam kita adalah untuk mengagungkan agama Tuhan Yang Maha Agung, bukan semata-mata untuk kemenangan diri sendiri atau kelompok. Karena kita pun bisa khilaf dan cara berjuang kita yang melampaui batas fitrah kemanusiaan justru mungkin bisa menjauhkan kita dari petunjuk wahyu Allah Swt dan ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw.

Bagaimana dengan Sang Teladan kita?
Simaklah hadis riwayat Usamah bin Zaid ra (HR Bukhari dan Muslim-57) : Rasulullah saw. mengirim kami dalam suatu pasukan. Kami sampai di Huruqat, suatu tempat di daerah Juhainah di pagi hari. Lalu aku menjumpai seorang kafir. Dia mengucapkan: Laa ilaaha illallah, tetapi aku tetap menikamnya. Ternyata kejadian itu membekas dalam jiwaku, maka aku menuturkannya kepada Nabi saw.
Rasulullah saw. bertanya: Apakah ia mengucapkan: Laa ilaaha illallah dan engkau tetap membunuhnya?
Aku menjawab: Wahai Rasulullah, ia mengucapkan itu hanya karena takut pedang.
Rasulullah saw. bersabda: Apakah engkau sudah membelah dadanya sehingga engkau tahu apakah hatinya berucap demikian atau tidak?
Beliau terus mengulangi perkataan itu kepadaku, hingga aku berkhayal kalau saja aku baru masuk Islam pada hari itu.
Saad berkata: Demi Allah, aku tidak membunuh seorang muslim, hingga dibunuh Dzul Buthain, Usamah.
Seseorang berkata: Bukankah Allah telah berfirman: Dan perangilah mereka, agar tidak ada fitnah dan agar agama itu semata-mata untuk Allah.
Saad berkata: Kami telah berperang, agar tidak ada fitnah. Sedangkan engkau dan pengikut-pengikutmu ingin berperang, agar timbul fitnah.


Usamah bin Zaid, may Allah be pleased with them, narrated: Allah's Messenger (may peace be upon him) sent us in military detachment. We raided Al-Huraqat of the Juhainah in the morning. I caught hold of a man and he said: La Ilaha Illal Allah (There is no god but Allah), I attacked him with a spear. It once occurred to me and I talked about it to the Messenger (may peace be upon him).
The Messenger of Allah (may peace be upon him) asked: Did he profess "There is no god but Allah," and even then you killed him? I said: Messenger of Allah, he made a profession of it out of fear of the weapon. He (the Holy Prophet) observed: Did you check inside his heart to find out whether he said it (out of fear) or not? And he went on repeating it to me till I wished I had embraced Islam only that day.
Sa'd said: By Allah, I would never kill any Muslim so long as the person with a heavy belly, i.e. Usamah, would not kill. Upon this a person remarked: Did Allah not say this: And fight them until there is no more Fitnah (disbelief and worshipping of others along with Allâh) and (all and every kind of) worship is for Allâh (Alone) Sa'd said: We fought so that there should be no mischief, but you and your companions wish to fight so that there should be mischief.
suksesteladan.blogspot.com
*
Read more…

Nabi Muhammad saw, manusia biasa Penerang Jalan Kebaikan & Penunjuk Hakekat Kebenaran yang mendatangkan Keberuntungan-Nya

By Dana Anwari. Awal memahami Nabi Muhammad saw sebagai sosok teladan yang mengajarkan kebaikan dan penunjuk hakekat kebenaran adalah dari warisannya, yakni Kitab Suci Al Quran yang memuat wahyu Allah kepada beliau dan Kitab Al Hadis yang memuat ajaran Islam melalui lisan dan perbuatan beliau.

Nabi Muhammad saw bersabda: “Perumpamaan aku dan agama yang disuruh Allah aku menyampaikannya, serupa dengan seorang laki-laki yang datang kepada suatu kaum dan mengatakan, ‘Hai kaumku! Sesungguhnya aku melihat tentara musuh, dengan kedua mataku sendiri dan sesungguhnya aku orang yang memberikan peringatan secara terbuka (terus terang dan jujur). Sebab itu selamatkanlah dirimu!’. Lalu sebagian dari kaum itu mengikuti anjuran tadi dan mereka berangkat di malam itu, berjalan menuju kesanggupan mereka. Akibatnya, mereka selamat.
Dan yang lain mendustakan keterangan itu dan mereka tetap di tempatnya sampai pagi. Di pagi itu, mereka ditemukan oleh tentara musuh, lalu mereka dibinasakan dan dimusnahkannya.
Inilah perumpamaan orang yang mematuhi perintahku dan mengikuti apa yang kusampaikan, dan perumpamaan orang yang mendurhakai perintahku dan mendustakan kebenaran yang aku sampaikan kepada mereka.”
(Hadis Bukhari diriwayatkan oleh Abu Musa r.a.)


Abu Musa, may Allah be pleased with him, reported: Allah's Messenger (may peace be upon him) said: The similitude of mine and of that with which Allah sent me is that of a man who came to his people and said: O people, I have seen an army with my own eyes and I am a plain warner (and issue you warning) that you should immediately manage to find an escape. A group of people from among them paid heed (to his warning) fled to a place of protection and a group among them belied him and the morning overtook them in their houses and the army attacked them, killed them and they were uprooted. And that is the similitude of the one who obeyed me, followed what I have been sent with and the similitude of the other who disobeyed and belied me and the Truth with which I have been sent. (Hadiths by Al Bukhari and Muslim:1313)
suksesteladan.blogspot.com
*
Read more…

SUCCESS LINK