Keteladanan perjuangan hidup, ketaqwaan, dan kemuliaan manusia tidak dilihat dari fisik keturunannya, suku bangsanya, warna kulit atau rambutnya


By Dana Anwari. Jiwa ke-Islam-an seseorang tidak ditentukan oleh karena dia keturunan Arab atau bukan? Nabi Muhammad saw telah mengajarkan jiwa Islam kepada seluruh umat manusia tanpa membedakan suku, bangsa, warna kulit dan rambut, bahkan keyakinan dan agamanya kepada Tuhannya. Seseorang menjadi mulia bukan karena fisiknya, tetapi karena jiwa ke-Islam-annya, sebagaimana dicontohkan oleh Sang Teladan, Nabi Muhammad saw.

Itulah sebabnya Nabi Muhammad saw adalah satu sosok manusia yang tidak perlu kita gambarkan fisiknya sebagai bukti bahwa keteladanan perjuangan hidup, ketaqwaan, dan kemuliaan manusia tidak dilihat dari keturunannya, suku bangsanya, warna kulitnya ataupun jenis rambutnya.
Suku bangsa Cina, Melanisia, Yahudi, Polinesia, Moor atau apa pun sama-sama memiliki hak untuk sukses dan menjadi beruntung dengan ke-Islam-annya yang sama dengan bangsa Arab yang mendapatkan keistimewaan menjadi tempat turunnya wahyu keislaman melalui Rasulullah saw.
Seorang keturunan suku bangsa Arab pun punya peluang untuk gagal menikmati iman Islamnya sama seperti peluang kegagalan keturunan suku bangsa lainya di dunia ini dalam merasakan nikmat kebesaran jiwa Islami.

Lihatlah orang-orang yang bersyukur atas karunia Allah atas kehidupan mereka. Bukankah mereka telah mempraktekkan jiwa Islami? Mungkin orang-orang itu belum seperti Nabi Muhammad saw yang bersyukur dengan cara melakukan ibadah shalat kepada Tuhannya. Tapi mereka telah menikmati iman Islam, meskipun belum lagi sempurna, yang mengajarkan kemurnian tauhid.

Nabi saw. mengerjakan shalat sehingga kedua telapak kaki beliau membengkak, lalu beliau ditanya: Apakah engkau masih membebankan dirimu dengan beribadah seperti itu padahal Allah telah mengampuni dosamu yang terdahulu dan yang akan datang? Kemudian beliau menjawab: Apakah aku tidak ingin menjadi seorang hamba yang bersyukur. (1610 - Hadis Bukhari & Muslim, riwayat Mughirah bin Syu`bah ra.)


Lihatlah orang-orang yang bersyukur atas karunia rezeki Allah atas kehidupan mereka, lalu mereka menyedekahkan sebagian harta bendanya kepada sesamanya. Bukankah mereka sesungguhnya telah melaksanakan perintah "tiada Tuhan selain Allah" baik dengan sengaja ataupun terpaksa.
Mereka yang menyedekahkan harta bendanya dengan sengaja semata-mata karena hendak meraih rida Allah adalah mereka yang sudah menikmati kebesaran jiwa Islam yang diajarkan Nabi Muhammad saw.
Mereka yang menyedekahkan harta bendanya dengan maksud mendapatkan pujian manusia --bukan karena rida Allah-- pun menikmati kebahagiaannya bersedekah.

Salah satu yang membuat hidup kita terasa bahagia adalah mendistribusikan rezeki kita dari Allah menjadi rezeki pula bagi orang-orang lain. Simaklah hadis riwayat Abu Hurairah ra, "Nabi saw. bersabda: Ingatlah, bahwa seseorang yang memberikan unta perah kepada anggota keluarganya, yang dapat menghasilkan sepanci besar susu setiap keluar di pagi dan sore, maka pahalanya sungguh sangat besar."

Bila ada orang-orang yang tidak suka dengan kemuliaan agama Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw, mengapa harus mengganggu?

Bila orang-orang yang masih menolak beragama Islam iri kepada kesempurnaan agama Islam, mengapa harus merusak kompetisi untuk saling berbuat kebajikan demi meraih rida Allah Yang Maha Kebajikan?

Bila orang-orang yang merasa kepercayaan dan keyakinannya kepada "tiada Tuhan selain Allah" yang berbeda dengan Islam adalah paling benar, mengapa tidak mempelajari agama Islam secara langsung agar lebih mengetahui kesempurnaan agama yang diajarkan Nabi Muhammad saw?

Janganlah mempelajari Islam dengan kebencian, karena akan membuat anda tidak obyektif.
Bukalah hati anda ketika mempelajari Islam, agar Allah swt berkenan memberikan hidayah Islam ke dalam jiwa anda. Amin.

Mereka yang kerap berdiskusi di lapotuak, kafe, kantin, dan warung kopi, janganlah malu mengakui kesempurnaan Islam, sehingga membuat keimanan anda dipertanyakan lagi: Anda beriman kepada Allah atau beriman kepada hawa nafsu setan?
Janganlah kemalasan beragama dijadikan alasan membenci agama Allah. Kemalasan beragama itu telah membuat anda tidak mau belajar agama dan syariat agama.

Nabi Muhammad saw adalah teladan yang sempurna di mata pemeluk agama Islam, karena justru di dalam diri beliau terdapat kelemahan dan kekurangannya sebagai seorang manusia. Tetapi kelemahan dan kekurangan Nabi Muhammad saw menjadikan beliau tampak sebagai manusia sempurna, karena beliau mengatasi kelemahan dan kekurangannya dengan memohon ampunan serta petunjuk dari Tuhannya.

Nabi saw. selalu berdoa dengan membaca: "Ya Allah, ampunilah kesalahan dan kebodohanku, dan juga sikap berlebihanku dalam segala urusanku dan segala yang Engkau lebih mengetahui daripadaku. Ya Allah! Ampunilah kesungguhanku dan kelakarku, dan ketidaksengajaanku dan kesengajaanku serta semua yang ada di sisiku. Ya Allah, ampunilah dosa yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan, yang aku lakukan secara sembunyi maupun yang aku lakukan secara terang-terangan serta segala yang Engkau lebih mengetahui daripadaku. Engkaulah Yang Maha Mendahului dan Yang Maha Mengakhiri dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (Hadis riwayat Abu Musa Al-Asy`ari ra.)

Mampukah kita mengatasi kelemahan dan kekurangan kita sebagai manusia dengan memohon ampunan dan petunjuk dari Allah swt, sebagaimana Nabi Muhammad saw mengajarkannya?
suksesteladan.blogspot.com
*

No comments:

SUCCESS LINK